Homeless Begging for Money (image credit:www.shutterstock.com) |
Pandangan Para Economist tentang Inequality
Topik Inequality sempat tenggelam selama beberapa dekade terakhir dari pembahasan antara para ekonomis. Dalton mengutarakan concerns-nya atas"theories of distribution" karena para akademisi ekonomi saat ini terlalu terfokus pada distribution of factors of production, bukan distribution of income. Distribution of income diantara individu seharusnya mendapatkan concern yang lebih, karena hal ini tidak bisa dijawab hanya dengan menggeneralisisr data hasil statistical evidence.
Adam Sandmo mengemukakan bahwa pembahasan terkait resources allocation and distribution of income agak terlupakan dalam modern general equilibrium theory. Gerard Debrue menambahkan bahwa tidak ada index yang sempurna untuk merepresentasikan term distribution (of income). George Mankiw sampai membuat bab tersendiri di buku Principles of Macroeconomics tentang "Income Inequality dan Poverty". Mankiw juga mengemukakan bahwa inequality is not one of the interesting topic for student.
Dilain pihak Robert Lucas menyatakan terlalu fokus ke distribution ke poor people akan kehilangan momentum untuk menggali potensial dari produksi. Lucas menambahkan dengan lebih fokus untuk menciptakan sustainable economic growth secara tidak langsung akan sekaligus meningkatkan welfare dan mereduksi international inequality. Secara tak langsung Lucas menyatakan bahwa ekonomis tidak perlu repot-repot memikirkan Inequality. Atkinson menyatakan tidak sepaham dengan Lucas. Atkinson berpendapat:
- Pertama, jelas current total of income distribution and redistribution penting untuk society. Kondisi yang terjadi sekarang, ada orang yang bisa beli tiket tamasya ke luar angkasa, di lain pihak ada orang yang beli nasi bungkus di warung aja tidak mampu. Society akan lebih baik jika tidak ada orang yang mampu beli tiket tamasya keluar angkasa, dan tidak ada orang yang tidak mampu beli nasi bungkus di warung.
- Kedua, Total Produksi dipengaruhi oleh distribusi diantara individu. Memahami income distribution sangat krusial untuk memahani bagaimana ekonomi bergerak. Kita tidak bisa terlalu fokus pada varibale makroekonomi yang bersifat agregat.
Sehingga Distributional Issues menjadi fokus penting dalam memahami inequality.
Statistical Evidence
Lalu bagaimana mengukur Inequality ? Gini Coefficient populer digunakan untuk mengukur inequalty, dikembangkan oleh Italian statistican Corrado Gini. Konsepnya menghitung tingkat inequality dari 0% - 100% atau 0 - 1. Kelemahanya, Gini mengkonversikan distribusi secara keseluruhan menjadi single number, dan metode bagaimana mengkonversinya bisa berbeda-beda.
US Perspektif:
Rasio Gini di US berada di level 0,30-0,40. Atkinson mengemukakan naik turunnya Rasio Gini di USA. 1929 adalah puncak USA memiliki tingkat Gini yang tinggi, dan perlahan turun 10% setelah selesainya era World War 2 sampai dengan tahun 1970 (Jazz Age). Lalu pada pertengahan 1980an, Rasionya kembali meningkat. Sampai dengan tahun 1992, meningkat 4,5%, dan setelahnya meningkat lebih dari 3%. Peningkatan distribusi income pada 1% top individual level sampai membuat Tax Reform Act of 1986 yang mengubah fokus dari corporate tax to individual tax.
Saat ini, 1% Individu terkatya di USA memiliki 1/5 total Gross Income dari seluruh penduduk (20%). Bahkan dalam individu terkaya yang termasuk dalam 1% tersebut, 1% dari 1% orang terkaya memiliki 20% total gross income. Artinya 0,0001 jumlah penduduk memiliki 4% Total Gross Income di USA.
UK Perspektif:
Setali tiga uang dengan US, tingkat inequality di UK juga tinggi (0,30 - 0,40), walaupun pernah turun sebanyak 7% selepas perang dunia kedua. Meskipun tidak bisa langsung exact comparable dengan US, karena definisi income di perhitungan US bisa berbeda dengan UK, tetapi trendnya hampir sama. Inequality naik pada tahun 1980an, Pada tahun 1979, 1% orang terkaya mewakili 6% total gross income, dan terus menanjak tiap tahunnya hingga mencapai 1/8 total Gross Income. Sejak saat itu Gini rasio naik hingga 9 point sampai 1990an, dan tidak mengalami perubahan sampai dengan 2011. Walaupun nilai Gini tidak banyak berubah, tapi jika di compare dengan 1970an, perbedannya 10 percentage point.
Lalu adakah kebijakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasio Gini, sebagai pertimbangan kenaikan pajak sebesar 25%-35% hanya mengurangi 16% total income, artinya untuk mengurangi rasio Gini, tidak hanya bisa bergantung pada kebijakan fiskal (pajak+transfer) semata (fiscal measure is not sufficient soulution). Makanya, kebijakan untuk mengurangi inequality adalah memerlukan campur tangan pemerintah secara utuh, baik dalam satu negara maupun antara negara.
Namun, tantangan besar menghadang....
Inequality di Negara Lain
Ketika membandingkan antara negara, Inequality terlihat lebih jomplang. Rasio Gini India dan China 0,5 , atau dua kali lipat negara Nordik (Eropa Utara : Swedia, Norwegia, Finlandia, Islandia, Denmark yang berada di 0,2 - 0,3). Di Afrika selatan bahkan mencapai 0,6. Di Amerika Latin (Brasil, Argentina dll) mencapai 0,4.
(Referensi : Anthony B. Atkinson "Inequality : What can Be done" chapter 1: setting the scene )
No comments:
Post a Comment