Inequality : Ketimpangan antara si kaya dan si miskin, haruskah kita peduli? - Economics, Accounting, and Taxation (Ecountax.com)
Ads Here

Inequality : Ketimpangan antara si kaya dan si miskin, haruskah kita peduli?

Question : How much is too much? How much is enough?

Dalam melihat inequality, Ketimpangan antara si kaya dan si miskin perlu di mulai dari hati yang netral. Bagaimanapun juga inequality pasti ada, permasalahannya tinggal menjawab berapa nilai optimal level nya? How much is too much? How much is enough. Setiap orang pun setuju kondisi perfect equality is impossible, makanya yang di perangi bukan inequality, tapi excessive inequality (Andrew Leigh, Billionaires dan Battler).

Ilustrasi Kenapa kita peduli akan Inequality image credit pixabay.com (www.taxedu.web.id)
Ilustrasi Kenapa kita peduli akan Inequality image credit pixabay.com


World Values Survey (2002) melakukan survey atas 69 negara di dunia. Argumen atas pro and kontra pun beragam, namun yang sangat setuju inequality harus dihilangkan (kontra) dan yang setuju inequality penting sebagai insentif untuk usaha individu (pro), sama besar antara keduanya.

Definisi dan Measurement : 

Absolut vs Relatif

Ketika berbicara inequality, kita berbicara secara term Absolut atau Relatif. Absolut terkait ketimpangan absolut  dalam jumlah nilai uang. Sedangkan relatif kita berbicara perbedaan secara average tanpa melihat jumlah uangnya. Karena absolut sulit untuk diperhitungkan, kita lebih concern ke relatif. Melihat dari sisi relatif membuat kita lebih netral.

Tapi dalam relatif term, perbedaan nilai uang menjadi vague, sebagai contoh
Dalam relatif term, pemberian uang 10 juta rupiah ke orang miskin dan 10 juta ke orang kaya, tidak akan membuat inequality bertambah. Karena relatif tidak melihat perbedaan.

Horizontal dan Vertikal Inequality

Selain itu, sudut pandang pengukuran juga penting dibahas, apakah kita melihat inequality secara horizontal atau secara vertikal.

Vertical Inequality (Ketimpangan Vertikal) melihat inequality diantara HouseHold (HH)/Rumah tangga atau antara individual. Sedangkan Horizontal Inequality melihat inequality diantara grup (between group) yang dikategorikan berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya antar gender, antara negara, antara provisnsi, antara level pendidikan, antara pemilik modal atau pekerja.

Vertical inequality bisa didekomposisi menjadi horizontal inequality between group atau within group. Kecuali jika menggunakan koefisien Gini (bersifat menggeneralisir).

Labor vs Capital Holder Income : A share of Contribution

Sejak tahun 1985-2010 share of labor income terhadap total income di negara maju mengalami penurunan signifikan (OECD countries). Terhitung dengan rata-rata 68%-80% pada tahun 1985 menurun hinggat menjadi 58%-70%. Ini merupakan perubahan signifikan bila kita melihat dari New Kaldor Facts (Jones and Romer, 2010).

Salah satu Kaldor facts menyatakan bahwa supaya suatu negara bisa tumbuh ekonominya, pembagian income antara capital holder dan labor harus stabil (Kaldor, 1961). Namun hanya dalam jangka 1985-2010, penurunan pada labor income sudah sebesar 10%.

Inequality : Sudut pandang pengukuran

Menentukan inequality, pendapat terbagi atas mengukur secara income atau mengukur secara consumption. Jika menggunakan income, apakah household income atau individual income. Praktiknya ada yang mengkonversi dengan pendekatan "equivalent adult" atau "equivalized income".

Pajak pun menjadi pertimbangan, apakah inequality sebelum pajak dan transfer atau sesudah pajak (disposable income). Lalu bagaimana atas non-cash benefit? apa tidak diperhitungkan?. Selain itu berapa lama perhitungannya juga menjadi pertanyaan.  Cakupan perhitungan juga menjadi pertanyaan, apakah dihitung berdasarkan negara atau mecakup seluruh dunia.

Lalu datanya menggunakan apa?. GDP percapita jelas bukan data yang reliable, karena terdapat kepemilikan asing dalam GDP dan tidak membedakan tiap orang. Biasanya data yang dipakai adalah data income dari Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan atau survey atas penghasilan. Walau sebetulnya terdapat bias dalam laporan penghasilan untuk keperluan pajak, karena ada tax avoidance atau evasion sehingga underreporting. Begitu juga untuk survey, yang terkadang ada under atau over reporitng

Argument Againts Inequality : Intrinsic, Democracy, Deprivation of Status

Beberapa argumen yang menentang inequality mengatakan bahwa inequality mengurangi total welfare karena diminishing marginal utility. Pendapat ini mewakilkan "the utilitarian" atau intrinsik argumen atas inequalty. semakin kaya seseorang semakin kecil nilai uang dimata dia. Ada juga pendapat yang mengatakan inequality merusak demokrasi suatu negara, karena si kaya bisa membeli pemerintahan. Inequality mengurangi welfare karena kehilangan status (deprivation of status). Mari kita bahas lebih mendalam.

1. Inequality dan Utilitarian : Ethical Framework Perspective

Kaum utilitarian berpendapat bahwa pemerintah harus memaksimalkan total sosial welfare dari seluruh penduduk dengan cara menjumlahkan tiap utility yang dimiliki orang masing-masing penduduk dan dijumlahkan secara total. Pendapat ini berfokus pada ethical framework dalam ekonomi, dan juga melihat inequality dari sisi policy studies secara general.

Konsep diminishing marginal utility pada dasarnya mengatakan bahwa "extra dollar of income means more to the poor than the rich", sehingga tiap tambahan 1 dollar akan lebih berharga untuk meningkatkan utility the poor. Dari sisi policy studies, utilitarian mengatakan peran pemerintah untuk melakukan redistribute (pemerataan) dari the rich to the poor.

Lalu seberapa besar Marginal Utility diminish?

Ide atas diminishing marginal utility memang kelihatan masuk akal, tapi banyak pertanyaan terkait seberapa besar diminishing itu terjadi sulit untuk dihitung. Estimasi utility tiap orang pun berbeda-beda, bahkan dalam orang yang sama bisa memberikan jawaban berbeda jika ditanya lebih dari satu kali. Kaum utilitarian tidak mengatakan bagaiman mengkuantifikasinya, namun mereka hanya berpegang pada keyakinan bahwa "income becomes a lot less valuable at high rich people".

Eksperimen atas Diminishing Utility

Katakan ada dua orang si A punya penghasilan 100 juta pertahun, si B punya penghasilan 1 milyar pertahun. Jika A diberikan uang sebesar 10 juta, A akan bahagia karena uang sebesar itu melebihi Gaji sebulannya. Lalu apakah B akan sebahagia A jika diberikan diberikan 10 juta. Menurut eksperimen, ternyata B butuh sebesar 150 juta untuk mendapatkan kebahagiaan sebesar A (15%). Melebihi porsi 10% penghasilan dari sudut pandang A.

Beberapa pendapat lain terkait intrinsik reason (melihat dari ethical framework) atas inequality diutarakan oleh Atkinson yang mengatakan bukan inequalitynya yang harus dipermasalahkan, tapi equitynya yang harus menjadi tujuan.

Selain itu John Rawl mengatakan non-poorest harus diberikan zero welfare weight (tidak perlu mendapat bagian). Sebagian pendapat lain mengatakan inequality tidak bisa dilihat dari optimal atau tidak optimal, tapi dilihat dari unfair atau unjust.

Inequality dan Democracy

Martin Gillens (2012) dalam karyanya economic influence and political power in America menyatakan affluent people (makmur) lebih konservatif atas isu ekonomi dan lebih liberal atas isu sosial. Gillens menambahkan terdapat korelasi antara policy dengan pandangan orang affluent (kebijakan condong untuk orang affluent), sedangkan policy responsiveness untuk lower income kecil. Contohnya misal kebijakan terkait penurunan tarif pajak yang mewakili affluent people, tetapi kebijakan kenaikan minimum wage (mewakili poor) tidak dipertimbangkan. Gillen mengemukakan "the views of the rich matter more than the views of the poor".

Selain itu Larry Bartels (2008) juga mengatakan dengan kekuatan financial, seorang kandidat terpilih bisa membeli suara. Louis Bradeis (1941) mengatakan kita tidak dapat memiliki demokrasi dan equity (kesamaan). Tidak akan ada equity yang berada di demokrasi.

Status dalam Inequality : Keeping up with the jones

Utility kita juga tergantung pada perbandingan dengan utility orang lain. Misal tetangga kita beli mobil,  kita juga ingin beli (keeping up with the Jones's), kalau tidak kesampaian bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Makanya the less inequality, the less relative poor people suffer form relative deprivation, social exclusion, social anxiety, and other social problem. 

Artinya kondisi inequality menimbulkan "the relative poor lose more than the relatively rich gain".

Argumen lain againts inequality

Wilkinson and Pickett (2009) dalam The Spirit Level: Why more Equal Society almost always do better mengatakan bahwa Inequality meningkatkan tingkat kriminalitas, dan mengurangi tingkat kesehatan masyarakat. Namun pendapat ini lemah dan ditentang banyak pihak. Seperti kritik dari Oxford Handbook of Economic Inequality yang menyatakan bahwa hubungan antara inequality dan tingkat kesehatan adalah non-existent atau too fragile untuk di defend.

Disamping itu ada argumen atas kondisi equality benefitf for growth, karena adanya poverty traps dan inequality mengakibatkan ketidakstabilan growth.

Kesimpulan argument againts inequality

Mereduksi tingkat inequality secara intrinsik sangat bagus. Selain itu terdapat manfaat lainnya seperti meningkatkan kredibilitas demokrasi dan mereduksi kesenjangan masyarakan (envy). Atkinson mengatakan kenapa tidak kita coba masyarakat dengan perfer equality. Para pendukung argumen ini beranggapan bahwa mencapai jika mencapai equality kita memerlukan trade-off? atau apakah ada yang salah dalam social decision making kita?

B. Argument Againts Equality (Pro Inequality)

Argumen ini diwakili oleh beberapa grup besar trade off theory (inequality-growht(income)), libertarian argumen, dan argumen atas atas equality of opportunity leib penting daripada equality of income.

Inequality-growth trade-off : We can't Tax Talent, Behavior People will Change.

Teori ini mengatakan bahwa Sosial Welfare atau economic growth bisa dianggap sebagai mean (average) income dan inequality, jadi melihat social welfare bukan dari sisi distribusinya yang harus merata, tetapi dilihat dari kenaikan average income dimana pasti terdapat inequalty.

Okun mengatakan jika inequality nya dikurangkan maka growth juga pasti berkurang. Okun menggambarkan upaya redistribusi penghasilan sebagai leaky bucket. Artianya tiap uang yang didistribusikan dari rich to the poor pasti akan ada jumlah yang hilang ditengah jalan.

Asumsi kunci atas trade-off ini adalah tidak adanya lump-sum transfer, hal yang tidak bisa seseorang ubah. Misalnya kita tidak bisa memajaki seseorang karena orang itu jenius atau bertalenta tinggi. Artinya jika pajaki orang jenius atau bertalenta itu, maka kita juga mendistorsi keputusan atau behavior mereka. Misal menjadi malas atau menjadi tidak berkontribusi, artinya tiap ada yang kita transfer (ditarik dari seseorang) maka orang tersebut akan terpengaruh.

Equality membahayakan economic growth

Pendapat ini mengatakan banyak dampak negatif apabila inequality direduksi, antara lain:
1. Administratif Cost yang besar
2. Negatif Impact : Disinsentif for the rich, karena orang kaya mendapatka perlakuan tidak adil.
3. Negatif Impact : Disinsentif for the poor, karena jadi malas bekerja.
4. Negatif Impact atas Inovasi : Disinsentif pada inovasi mengakibatkan poor and rich menjadi worse off.

Namun terdapat perbedaan empirical evidence atas korelasi antara inequality dan growth. Andrew Leigh mengatakan bahwa unequal countries grows faster, sedangkan IMF paper mengatakan there is on big trade off between redistribution and growth.

Libertarian Argument : Kidney Example (Social Contract), Just Deserts, Confiscation

Alternatif framework terkait kritik atas utilitarian cenderung berfokus pada hak (rights) atau merit, sehingga melihat redistribusi sebagai "confiscation of private poverty". Robert Nozick mengatakan hal tersebut sebagai salah satu pendukung libertarian.

Mankiw juga memberikan opini atas pandangan ini, Mankiw mengatakan beberapa contoh antara lain, 
  • The Kidney Example sebagai social contract.
  • Just Desert Perpective
    • "People should receive compensation according to their contribution"
    • For Determination of Income should be come form the market
    • Diminishing Marginal Utility tidak bisa direspon dengan redistirbution.
Para libertarian mengatakan bahwa yang menjadi masalah bukan how much income they got, tetapi how people get their income matters.

Problem atas Libertarian : Luck from circumtaces or Efforts? How to define Deserved?

Libertarian tidak membedakan antara deserved yang memang didapat dari efforts, dan luck yang didapat dari circumtances. Katakan seseorang malas, apakah dia pantas menjadi miskin, jika kemalasan diakibatkan faktor genetik, atau karena salah asuh (wrong upbringing), dalam kasus apa seseorang tidak pantas untuk jadi miskin.

Jika dilihat dari pandangan rights-based approach, bagaimana kita melihat perbedaan rights dari tiap orang. Penentuan rights atas "the fruits of my labor" dengan "the rights to an equal voice for living standard".

Equality of Opportunity

Kritik atas utilitarian berfokus atas equality of opportunity daripada equality atas income/outcomes. Mankiw dan libertarian lain mendukung pendapat ini, bahkan beberapa non-libertarian juga turut mendukung pendapat ini. Karena jika seseorang tidak diberikan kesempatan, terlepas dari dia bisa atau tidak, maka itu namanya diskriminasi, tetapi lain cerita jika kamu sudah diberikan kesempatan tapi tidak dijalani, thats your problem. Yang penting kesempatan sudah diberikan.

Inter-generational elasticity of income : Mengukur Inequality of Opportunity

Salah satu cara mengukur inequality of opportunity adalah dengan mengukur perbedaan income antara orang tua dengan dan income anaknya. Pengukuran ini dinamakan inter-generational elasticity of income. Elasticity ini diukur (Semakin besar semakin tidak equal, semakin besar semakin inequal):

  • 100% = No Mobility (Tidak berpindah dari keluarga) = No Equality of opportunity (Semua harta orang tua diwariskan kepada anaknya)
  • 0% = Full Mobility (Berpindah dari keluarga) = Full Equality of Opportunity (Tidak ada harta orang tua yang diwariskan)
  • 50% = Inter-generational eltasticity of height.

Inequality of Income vs Inequality of Opportunity : Dua sudut pandang, saling berkaitan


Kedua inequality ini saling terkait meskipun untuk mengukur inequality opportunity harus melihat time horizon yang luas dengan long lag. Jadi jika peduli atas inequalty of opportunity juga harus inequality of income.

Tapi kritik atas inequality of opportunity juga mirip dengan kritik atas libertarian argumen.

Kesimpulan

Fokus dalam membahas inequality adalah relatif inequality bukan secara absolut (nilai uang), selain itu tanpa membedakan golongan maka vertical inequality lebih difokuskan daripada horizontal inequaltiy. 

Dalam mengukur Inequality, Gini Coefficient dan Lorenz Curve menjadi alat bantu yang sangat berharga. Perbedaan Gini Coefficient sedikit saja bisa berarti perbedaan besar.

Ada alasan kuat untuk mendukung equality (againts inequality). Dilihat dari intrinsic jelas inequlity tidak baik, juga dapat merusak demokrasi. Namun akan ada trade-off antara inequality-growth, inequality dikurangkan maka growth juga akan berkurang. Meskipun bukan menjadi alasan yang kuat menolak equality, terutama karena semua orang setuju equality of income baik. Pendapat ini. 

Lawan atas intrinsic argument adalah libertarian.  Tapi Libertarian juga supporter atas equality of opportunity, yang bisa dirusak oleh equality of income.

Pertanyaan paling mendasar, sekali lagi "How Much Inequality is too much?"  

No comments:

Post a Comment