- Kenapa society diverged?
- Apa alasan perbedaan performance di tiap negara?
- Apa yang membuat divergesi?
- Kondisi apa yang membuat divergensi bertahan atau membuat divergensi lain?
- Apa yang membuat long-run stagnation atau penurunan ekonomi?
- Kenapa kompetisi tidak menghapus inefisien institution?
- Kenapa Political Entrepreneur tidak mendorong stagnan ekonomi menjadi lebih baik?
- Bagaimana kita menjelaskan perbedaan economic performance dalam jangka waktu yang lama?
Ilustrasi Institusi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi image credit pixabay.com |
Teori institusi pada akhirnya dapat memberikan gambaran mengapa tiap negara memiliki perbedaan dalam economic performancenya, bahkan dalam negara OECD sendiri, trend-nya mulai berubah. Stagnansi dimulai saat periode 1800 dimana growth hanya mencapai 0,6% GDP Percapita. Sedankan saat ini mecapai rata-rata 2,5% dengan tingkat divergensi 1,7%,
Acemoglu Teori (2009): Peran Institution dalam Economic Performance
Acemoglu berpendapat perbedaan antara negara disebabkan oleh; Luck (faktor keberuntungan) dan multiple equilibria. Dengan initial parameter yang sama, hasil akhir bisa didapat berbeda antara negara. Sebagian mecapai sustained growth, dimana sebagian masih berjuang dalam poverty dan stagnation. Apakah hal ini disebabkan adanya keberuntungan? Tidak.
Different Incentives dan Institutional Path
Sebagai contoh di USA, economic growth adalah proses kumulatif atas segala macam proses lainnya yang berkisar antara inovasi dan free entrepreneurial activity hingga human capital investment dan capital accumulation. Proses ini adalah respon dari different opportunities yang diberikan pemerintah, seperti institutional path, incentives. Kombinasi antara historical experience antara negara menghasilan perbedaan dalam economic incentives sehingga result atas economic growth pun berbeda.
Old Theory : Fundamental cause of Difference : Geography
Dulu, teori lama mengatakan geografi lah yang menyebabkan perbedaan atau "Nature" play important role. Ini menentukan physical, ecological, dan geographical environment. Geografi menentukan preferensi dan opportunity set untuk society. Para pendukung teori ini menyatakan:- Iklim menentukan performance;
- Geografi dan teknologi menentukan interaksi penyediaan teknologi agrikultur.
- Bencana seperti penyakit juga menentukan.
Hal ini bisa dikaitkan bahwa jaman dahulu, sektor agriculture sangat memegang peranan penting dalam growth.
North (1990): Institution as Fundamental Cause
Lalu, North mengatakan Institusi atau rules of the game dalam society yang dibuat manusia untuk membentuk human interaction adalah fundamental cause perbedaan economic performance. Institution membentuk incentives structures dalam human interaction, entah itu political, social, or economic incentives.Contoh economic incentives misalnya property rights, functioning market, contractual opportunities.
Lebih lanjut, Acemoglu (2009) mengatakan culture adalah key determinant value, preference, dan Individual belief juga menentukan dalam membentuk economic performance (Acemoglu melihat dari sisi human capital).
Culture dikatakan dapat membentuk equilibrium outcomes, seperti contohnya industrialization di Western Europe dipengaruhi atas culture dari protestant reformation dan Calvinism yang menekankan atas kerja keras, perjuangan, dan menabung (Max Weber 1930). Interaksi atas Cultural Factor dan Spirit of Entrepreneurship lah yang membentuk perbedaan economic performance.
Peran Entrepreneur dalam Pertumbuhan Ekonomi
Schumpeter, Mises and Hayek berpendapat kompetisi membentuk discovery procedure yang berguna bagi human knowledge. Nah Knowledge ini bisa semakin berkembang biak dan semakin besar jika knowledge ditopang dengan berkumpulnya orang-orang sepsialis di bidangnya.Jadi spesialisasi itu penting. Makanya dalam organisasi, better division of labour dan coordination of knowledge adalah real source of economic growth.
Peran institusi bagi entrepreuner adalah memberikan tempat untuk dicovering knowledge dan menggunakan knowledge itu untuk mengolah capital, labourl, skills dan raw material. Sehingga output terus berkembang. Jadi growth ditentukan dari bagaimana entrepreneurs menggunakan knowledge dan memperdalam division of labor (specialisation). Hal ini hanya akan terjadi jika "rules of the game" memberikan ruang itu.
Adanya spesialisasi membuka peran Learning by doing dalam Embodied Technology. Karena proses learning by doing adalah continuous proses, individunya juga harus terspesialisasi. Dan proses ini terus berulang (Maddison).
Peran dari Proses Creative Destruction: Schumpeterian View
Technological progress adalah proses penciptaan atas teknologi baru yang mereplace teknologi lama. Incentives akan munculnya teknologi baru yang menggantikan teknologi lama ini adalah Schumpeterian creative destruction yang merupakan engines of growth. Proses creative destruction mengimplikasikan market structures yang berevolusi overtime.Implikasi atas Schumpeterian Model memberikan pandangan political economy atas bagaimanan memahami economic growth sebagai proses endoenoues dan memahami resistansi atas technological change. Aplikasi ekstensif dari Schumpeterian Model digunakan dalam membentuk berbagai macam kebijakan seperti: antitrust, licensing, IPR Policies.
Disamping itu, Human Cooperation juga diperlukan agar technological change berkembang. Makanya, peran institusi diperlukan dalam membentuk market yang predictable dan reliable untuk human cooperation.
Values and Institution: Neccessary but Not Sufficient
Peran dari institusi dalam membentuk growth adalah necessary namun bukan sufficient. Entrepreneur membutuhkan preference atas honest cooperation dan material advancement yang datangnya bukan dari instituti, tapi dari proses di Human Interaction itu sendiri.
Namun dalam jangka panjang, terdapat complex interelation antara people fundamental values dan institution. Jika Insitution memberikan wealth creation. Society akan menghargai atas experience dan memerikan value lebih akan trust-enhancing institutions.
Kondisi penting lain akan economic growth adalah adanya coordinative framework yang disediakan cultural convention, shared ethical system dan formal and legal regulatory stipulations. Hasilnya adalah pemahaman atas growth process yang menggabungkan macroeconomic analysis dan microeconomic analysis atar structural change dan microeconomic foundation atas motivasi dan institutional contraints. Dengan kata lain, economic growth adalah sociological factor atas preferensi dan value atas sebuah sistem.
Condition of Growth
Coordinative framework dapat dibentuk dengan memperkuat cultural convention, shared ethical system dan formal dan legal mechanism.Lalu dimanakah peran dari institusi?
Ada beberapa tahapan sebelum sampai kesana. Tahapan ini terdiri atas beberapa pola pikir yaitu antara lain:- Institutional Economics Phase = Disini Institusi membentuk preference dan values.
- Micro-foundation Phase = Tahapan ini dimana Entrepreneurs berinteraksi dengan preference dan values yang disediakan oleh Institution.
- Microeconomics of Change = Perubahan atas STR (Schumpeterian Model)
- Macroeconomics observations = Tahapan ini adalah perubahan dari Capital (K), Labor (L), Technology (TEC), SK (Skill), NR (Natural Resources).
Economic Performance Through Time menurut Douglass North (1994) menggmbarkan bahwa Institution membentuk incentives structure dalam sebuah society. Sedangkan Political and Economic institution-lah yang memberikan menjadi determinan atas economic performance.
Learning process dari manusia membentuk bagaimana institusi berevolusi.
The Central Proposition of Institutional Economics: Apa pentingnya Institusi
Institusi memiliki crucial parts dalam coordinating individual actions. Analisis atas dasar, evolusi, content dan konsistensi serta enforcement memberikan pandangan kepada kita akan pentingnya economic phenomena seperti economic growth dan bagaimana market berfungsi.
Institution adalah social capital, institution berperan sebagai software dalam pembangunan. Fungsi dari software ini adalah menghubungkan (channeling) interaction of human dalam proses pembangunan. Software dan Hardware saling membutuhkan untuk menjalankan proses pembangunan.
Transaction cost dan Institution
Salah satu kekurangan dari neoclassical economics adalah asumsi bahwa market selalu efficient sehingga dalam bertransaksi tidak akan ada biaya transaksi (transaction cost) atau asumsi costless to transact.
Asumsi tersebut hanya akan dicapai dalam kondisi costless bargaining dimana faktor-faktor yang digunakan untuk mencari solusi diarahkan untuk maximise aggregate income, regardless ada atau tidaknya institutional arrangement.
Tapi pada kenyataannya, transaksi itu ada biayanya (transaction cost), maka dari itu peran institusi untuk menurunkan transaction cost menjadi penting.
Sebagai contoh untuk menggambarkan besarnya transaction cost, 45% dari US GNP digunakan untuk transaction cost pada tahun 1970.
Kerangka memahami long-term growth
Intinya "The speed of economic change is a function of the rate of learning, but direction of the change is a function of the expected payoff to acquire different kind of knowledge". Kecepatan pertumbuhan ekonomi diukur dari seberapa cepat pembelajaran terjadi. Namun arah pertumbuhan ekonomi mengikuti payoff yang ada dari setiap yang ditawarkan oleh pengetahuan. Mental model dari setiap agen pertumbuhan membentuk bagaimana persepsi ada terkait payoff.Proses pembelajaran sendiri dibentuk dari bagaimana memahami variasi signal yang diterima akal sehat. Arsitektur awal atas struktur memang didapat secara genetik (turunan) namun pembentukan kedepannya adalah result of the experience dari setiap individual.
Mental Model secara terus menerus menjelaskan pengalaman baru, termasuk adanya new ideas.
Internal vs External Mechanism: Mental Model vs Institution dalam learning process
Mental model adalah internal representasi atas individual cognitif sistem yang menginterpretasikan ke lingkungan. Mental Model bersifat internal mechanism, sedangkan institution bersifat external mechanism. Keduanya berperan dalam memahami environment.Memahami Perubahan Ekonomi: Perspektif dari Institusi (North 1994)
Perubahan adalah admixture interaksi dari formal rules, informal, dan enforement characteristic yang membentuk economic performance.Kebijakan yang diambil sangat mempengaruhi economic performance karena mendefinisikan dan enforce economic rules. Contohnya adalah kebijakan yang mengenforce effisiensi property rights.
Adaptive dan Alokatif Efisiensi : Lebih Penting mana
Adaptive efficiency lebih menentukan daripada Allocative Efficiency dalam long term growth. Tantangannya adalah bagaimana menentukan adaptive efficiency dalam short-run period.Deficit institutional dalam ekonomi dan public policy
Dalam pemikiran mainstream atas neoclassical, intitution dianggap sebagai exogenously given, dan para agen ekonomi secara sempurna menyesuaikan dengan institusi yang ada.Bahkan Neoclassical mengganggap institusi sebagai complication (membuat ribet) dalam economic model. Asumsi standar neoclasical mengganggap bahwa dalam bertransaksi, tidak ada friksi dan tidak ada biaya.
Berasumsi bahwa institusi tidak memiliki peran menghasilkan deficits dalam ekonomi knowledge and policy.
Hodgson (1998) berargumen bahwa inti dari pemikiran institutionalis adalah concern atas institusi, habits, rules dan evolusi dari semua itu. Namun, institusionalis tidak membangun teori growth dalam single model. Instead, ide-ide lain difasilitasi oleh institusionalis
sebagai sebuah dorongan kepada specific and secara historically located approach to analysis (beda daerah dan waktu, beda hasil).
No comments:
Post a Comment