Institution: Teori atas Endogenous Institutional Change - Economics, Accounting, and Taxation (Ecountax.com)
Ads Here

Institution: Teori atas Endogenous Institutional Change

Kegunaan dari mempelajari endogenous institutional change adalah memahami bagaimana institusi bisa bertahan dalam environmental change, dan bisa menunjukan stabilitas.


Ilustrasi self undermining or self reinforcing institution image pixabay.com (www.taxedu.web.id).jpg
Ilustrasi self undermining or self reinforcing institution image pixabay.com

David (1994) mengatakan bahwa terdapat state of arrrangement yang memberikan hand of the past memiliki continuing influence dan membentuk masa kini dalam perspektif game theretical framework, pada tahapan dimana institusi bisa membetuk behavior, dan memotivasi beliefs. Institusi berperan sebagai self-enforcing beliefs and behavior di dalam steady state equilibrium


Parameter dan Variabel

Perbedaan antara parameter dan variable di game-theoretical framework adalah

  • Parameter bersifat exogenous, jika parameter berubah, equilibrium juga berubah
  • Variable bersifat endogenous, dan datangnya dari model.
Institutional analysis berfokus pada single transaction (terutama atas abuse atau protect Property Rights) dan menganalisis variable yang bersifat self-enforcing behavior (keamanan atas property rights) atas given set of parameter.

Apa itu Quasi-parameter (Setengah Parameter-Setengah Variable)

Secara konsep kita dapat memnganggap sebuah aspek sebagai parameter ketika mempelajari self-enforceability, namun bisa juga berperan sebagai variable yang berubah ketika mempelajari dynamics of institution. Pertanyaannya adalah apakah institusi ketika dianalisis secara game theoretical aspects, secara endogenous mempengaruhi situasi dan perilaku atas pihak yang bertransaaski. 

Beberapa aspek akan dianggap parametric dalam mempelajari self-enforceability secara short run, namun dalam long run ternyata ditentukan dari sistem secara endogenous seakan menjadi variable.

Parameter yang sifatnya berubah dari exogenous menjadi endogenous ini dinamakan quasi-parameter.

Equilibrium Analysis: Peran Quasi-Parameter dalam Equilibrium analysis

Analisis atas equilibrium menekankan pentingnya memahami quasi-parameter dalam menentukan particular behavior. Dalam memahami ini, parameter, variabel, dan quasi-parameter tidak rigid, namun berdasarkan empirical observation

Jika Self-enforcing outcome mengubah satu atau lebih parameter dalam equilibrium dan menciptakan long-term behavioral change, maka parameter ini dinamakan quasi-parameter.

Institusional change sebagai self-enforcing

Institusional change bisa bersifat self enforcing ketika behavior yang tercipta dari perubahan tersebut meningkatkan parameter values. Ketika institusi berubah secara reinforce, maka setiap individu akan lebih baik mengikuti (adhere) perubahan tersebut.

Institusional change sebagai self-destroying

Institusional change juga bisa bersifat self-destroying (self undermining) ketika proses perubahannya gagal menciptakan wider range of parameter. Proses atas perubahan institusi ini gagal melakukan perubahan behavior, yang terjadi adalah rusaknya institusi dari dalam. (Contohnya WTO sekarang).

Persistence Kunci agar institusi Bertahan

Agar sebuah institution bisa bertahan (persist), institusi harus reproduces (berkembang). Bagaimana melihatnya, Institution dilihat berkembang ketika rules yang diciptakan memotivasi aksi individu yang sesuai dengan observed behavior atau outcome nya (kenyataan dengan yang diinginkan sama).

Maka, observed behavior dan outcome mengconfirm rules dan beliefs sesuai dengan ekspektasi aturan itu dibuat.

Lewis (1969) mengatakan General conformity adalah cara mengukur regularity dari aksi itu. General conformity di masa lalu mengantarkan kita ke general conformity dimasa depan.
Ketika prosesnya berjalan, kita memiliki self-perpetuating sistem yang dapat persist dalam jangka panjang. Struktur ini menciptakan behavior yang bersifat self enforcing.

Persistensi dan Nash Condition

Dalam membentuk institusi, jika berkaca kepada individu, individu bersifar forward looking dan retrospective.
  • Forward-Looking artinya mereka melihat keadaan kedepan sebelum melakukan action
  • Retrospective artinya mereka mengevaluasi belief berdasarkan outcome yang ada.
Mekanisme ini yang dicapture dalam Nash condition untuk menciptakan persistensi. Untuk tercipta persistensi, tiap individu harus memiliki correct beliefs atas perilaku lawan mereka. Setiap institution yang bersifat self-enforcing akan berkembang. Contohnya GATT menjadi WTO.

Persistensi dalam institusi menggambarkan sosial dan organisational feature.

Perbedaan atas Game Theory dan Institusional Analysis

Game Theory menganggap Player have common knowledge of the rule of the game
Sedangkan Institusional analysis menganggap individu pasti play againts the institutionalized rules dan mecoba bagaimana menangkalnya dengan merubah rules, dll. Jadi some individual bisa tidak melihat adanya perubahan dalam institusi. 

Dalam game theory tidak memprediksi behvioral change yang terjadi dari parametric change.

Endogenous Parametric Shifts

Endogenous change dalam parameter dapat membuat sebuah institusi menjadi tidak lagi self-enforcing. Karena adanya dynamic adjustment di variable, Institusi mempengaruhi banyak faktor seperti wealth, beliefs, knowledge, specialization etc, ini biasanya dianggap sebagai parameter di rules of the game.

Mekanisme atas institusional Change

Institusi dapat berubah karena endogenous process, exogenous shocks, atau kombinasi antara kedua hal tersebut. 
Mekanisme yang merubah institusi datangnya dari perubahan perilaku yang tidak lagi self-enforcing. Hal ini bergantung pada nature dari quasi parameter yang melimit self reinforcement.

Jika perubahan dari quasi-parameter tidak bisa dilihat, maka institutional change hanya merefleksikan keingingan individ untuk menghindari risiko. 

Institutional change juga bisa bersifat punctuated equilibria (equilibrium sementara), dalam hal perubahannya bersifat sementara saja karena dianggap yang lalu tidak optimal lagi. Bisa terjadi misalnya ada krisis pada masa sebelumnya.

Supaya institutional change bersifat self-enforcing, maka quasi-parameter harus bisa dilihat supaya bisa dimengerti dan dipelajari.

Ketika perubahannya bisa dilihat dan bersifat progresif, decision maker bisa melihat dan mengobservasi apakah perubahannya masih bersifat self-enforcing atau tidak. Jika bisa diobservasi, Institutional change bisa bersifat intentional dan gradual


Contoh Self-Reinforcement: Study Case Genoa and Venice

Pada awalnya Genoa and Venice hampir sama kondisinya, secara political, opportunities, dll. Keduanya memilki institusi politik yang maju dan bersifat self-enforcing. 

Namun self-enforcing ini tidak bertahan lama, ketika Genoa menjadi self-undermining pada perjalanannya, di sisi lain Venice tetap self-enforcing. 

Jika ditelaah, quasi-parameter dalam kejadian ini adalah wealth of the cities (kemakmuran kota), the strength of popoli (non-bangswan), dan identitas sosial dari clan.

Perubahan dalam quasi parameter di Genoa menjadi self-undermine dalam political order, membuat institusi menjadi sensitif rentan atas sedikit pergeseran exogenous dalam kekuatan clan, aktivitas perdagangan, kesempatan dll.

Kejadian ini menghasilkan netral positif dan negatif trigger dari perilaku masa lalu kepada quasi-parameter yang menghasilkan netral, positive, dan negatif self-undermining feedback bagi para penduduk Genoa. Kerjasama yang dibentuk hanya untuk mengincar tambahan kekayaan saja. Setiap Klan termotivasi untuk memperkaya diri sendiri sebagai bentuk dari deterrence cost. Sehingga pada akhirnya behavioral yang terwujud adalah self-undermining behavior yang menghancurkan institusi dari dalam.


Institutional Life-cycle

Dari pengalaman Genoa diatas, dapat ditarik kesimpulan siklus institusi adalah institusi akan reinforce tapi proses ini akan mengalami tantangan dari self-undermining proses. Institusi akan memiliki reinforcement faktor jika institusi menyediakan cognitive, coordinative, dan informational foundation untuk behavior.

Dalam proses institusionalisasi, setiap individu akan menghadapi uncertainty akan hasil dari proses institusionalisasi akan menghasilkan behavior yang mengikuti proses itu sendiri.


Institusional Reinforcement

Institutions membentuk individual behavior yang bersifat reinforce dengan cara membentuk cost of deviation from behavior secara social atau emotional. Insitutionalized behavior dan outcomes menghasilkan penguatan norma, entitlements, identifies, self-images, thinking patterns, dan ideologi.

Jika yang dihasilkan adalah regularity dari perilaku, maka secara normative dianggap appropriate, sehingga meningkatkan legitimacy dan development of congruent personality.


Reinforces Organization

Ketika hal itu terjadi, (Regularities of behavior) menghasilkan reinforcement of institution melalui laws and regulations. Dalam periode ini institusi menghasilkan reinforcing organisasi dan complementary capabilities, knowledge, dan human and physical capital.

Itulah teori atas self-reinforce institution, sedangkan tidak ada teori yang pasti dalam menjelaskan self-undermine institution.

No comments:

Post a Comment