Kebijakan Ekonomi, baik yang diimplementasikan secara nasional maupun secara internasional terkadang melupakan dampaknya kepada lingkungan. Sebagai contoh, kebijakan ekonomi yang diterapkan selalu berdasarkan asumsi bahwa kebijakan yang meningkatkan ekonomi growth pasti membawa dampak yang baik kepada lingkungan (presumtive approach), padahal sebenarnya belum tentu. Artinya penerapannya selama ini menganggap bahwa lingkungan dapat memperbaiki dirinya sendiri atau isu kerusakan lingkungan bisa diurus nanti belakangan.
Pembahasan atas hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan dan hubungan atara aktivitas ekonomi terhadap carrying capacity dan resilience lingkungan menjadi penting untuk dibahas.
Pertumbuhan Ekonomi dan Polusi image credit pixabay.com |
Pertumbuhan Ekonomi, Institusi, dan Lingkungan
Pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki dampak positif terhadap lingkungan hanya berdasarkan pada empirical data antara pendatapan percapita dan indeks kualitas lingkungan tertentu.
Empirical data ini mengatakan bahwa pola penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi memiliki pola inverted-u shape. Dimana degradasi lingkungan pada awalnya naik dan memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan seiring berjalannya waktu, semakin baik pertumbuhan ekonomi suatu negara, akan semakin menurun degradasi lingkungan yang diakibatkan (hubungan negatif).
Kurva Penurunan Degradasi Lingkungan akibat Pertumbuhan Ekonomi (Inverted U Shape) |
Lalu seiring meingkatnya kesejahteraan yang dihasilkan dari pertumbuhan ekonomi tersebut, society akan semakin sadar atas pentingnya isu lingkungan, dan membagi fokus perhatiannya tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga lingkungan. Maka dalam tahapan ini, direction dari aturan, institution, akan lebih fokus melindungi lingkungan.
Namun, teori diatas tidak ada menyinggung sama sekali atas dampak yang diakibatkan pada sumber daya lingkungan dan kesejahteraan yang akan dibahas berikutnya.
Kenneth Arrow (1995) menyatakan bahwa inverted U-shape hanya berlaku apada sebagian kecil jenis pollutan saja (tidak mencakup semua polutan), tidak semua jenis polutan yang intensitasnya menurun sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Arrow menambahkan para ekonomis menggeneralisir kurva tersebut dengan mengatakan bahwa bentuk kurva inverted U-shape berlaku di seluruh jenis polutan.
Ekonomis yang berpendapat seperti ini berpegang pada bahwa semakin kaya seseorang, semakin peduli dengan kesehatan dan lingkungan, maka semakin besar pengeluaran yang ditujukan untuk peningkatan lingkungan
Disamping itu Arrow menambahkan bahwa empirical finding diatas juga menjadi bukti bahwa penurunan tingkat polusi tidak bisa berjalan dengan sendirinya, dan harus ada upaya aktif dari society. Arrow juga menambahkan jika belum tentu sumber daya alam dapat seterusnya mendukung pertumbuhan ekonomi jika pemakaiannya tidak dibatasi ataupun terkena pengaruh buruk atas degradasi lingkungan.
Bahkan jika sampai pada tahap kerusakan lingkungan yang tidak bisa diperbaiki, pertumbuhan ekonomi bisa terkena pengaruh negatifnya.
Analisis Kenneth Arrow atas Inverted U-Shape
Arrow mengatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengartikan inverted U-shape.Pertama kurva ini cocok jika polutannya hanya berdampak lokal dan jangka pendek (contohnya sulphur, dan fecal coliform). Namun kurva inverted U-shape tidak terjadi pada polutan yang memiliki efek jangka panjang dan memiliki biaya dispersed cost seperti carbon dioksida (CO2), dimana CO2 sering dihubungkan dengan peningkatan output produksi (increasing function of income).
Kedua, Inverted U-shape hanya menunjukan hubungan ke emisi dari polusi, bukan menunjukan ketersediaan atas resources Sumber Daya Alam. Jadi seakan efeknya terhadap ketersediaan sumber daya alam tidak nampak dengan jelas. Dalam kondisi ketersediaan resources yang melimpah kondisinya terus increasing emisinya, rebound baru akan tercapai ketika masyarakat sadar bahwa ketersediaan resources semakin menipis. Contoh, masyarakat baru sadar ketika hutan sudah semakin jarang, barulah masyarakat anti penebangan liar.
Ketiga, Arrow berpendapat bahwa inverted U-shape juga tidak menjelaskan apapun terkait dampak buruk yang dihasilkan emisi polutannya, U-shape hanya menjelaskan kuantitas polutan yang dihasilkan. Selain itu terdapat system wide-consequense dimana reduksi polutan jenis tertentu di satu wilayah kemungkinan dibarengi dengan peningkatan pollutan jenis yang sama di daerah lain. Jadi hanya memindahkan produksi ke tempat lain saja.
Disamping itu, Arrow juga berpendapat bahwa penurunan polusi jenis tertentu dibarengi dengan peningkatan jumlah polusi di jenis polutan lainnya, bisa dalam satu wilayah/negara yang sama. Sebagai contoh, pengurangan penggunaan minyak menyebakan perusahaan meningkatkan penggunaan energi alternatif batubara dimana juga memiliki tingkat polusi.
Keempat, Arrow mengatakan bahwa pada inverted U-shape, rebound (turning point) didapat setelah dilakukannya Institutional reform, seperti perubahan environmental legislation dan market-based insentif untuk mengurangi dampak buruk. Artinya turning point tidak dapat tercapai dengan sendirinya, namun harus ada kejadian atau upaya yang menjadi trigger.
Namun Arrow menambahkan, reform tersebut biasanya tidak mengindahkan internasional dan international consequnce. Artinya insentif yang diberikan kepada para pelaku terlalu kecil, karena mereka menganggap benefit untuk mencipatakan polusi lebih besar daripada insentif untuk mengurangi polusi. Arrow mengatakan bahwa hal ini diakibatkan dari anggapan bahwa environmental cost atas kerusakan lingkungan tidak di pikul oleh pelaku polusi, tetapi oleh pemerintah, masyarakat dimasa datang, masyarakat miskin.
Bagaimanapun juga, solusi atas degradasi lingkungan terdapat pada institusional reform yang dapat memaksa (compeling) para pihak swasta penyebab polusi untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Inverted U-shape tidak bisa tiba-tiba berjalan dengan sendirinya. Inverted U-shape bukanlah bukti bahwa secara general dapat terjadi di seluruh jenis polutan, atau akan terjadi dengan sendirinya (hanya masalah waktu). Satu yang harus diingat, jika yang terjadi adalah irreversible global consequence, maka telah terlambat bagi kita untuk menukar kembali economic growth ke perbaikan lingkungan.
No comments:
Post a Comment